Kisah berikut ini akan menjelaskan kepada kita bahwa ujian seseorang yang tertimpa riya’ adalah dunia. Jika engkau tidak ikhlas maka hendaknya jangan engkau buat kekah dirimu sendiri, karena begitu banyak orang yang terfitnah dengan dunia serta pujian. Pada mulanya dia menjauhkan diri darinya dan bahkan mengharamkan bagi dirinya,namun kemudian dia justru terjatuh di dalam kubangannya yang dalam dan sangat sedikit sekali dari para ahli ibadah yang terjatuh ke dalamnya, lalu dapat keluar darinya. Ia adalah Bal’am bin Ba’ura. Ia adalah seorang yang telah berubah dari seorang ahli ibadah yang penuh ketaatan menjadi salah satu anjing dari anjing-anjing dunia. Dan sungguh banyak orang-orang yang semisal dengannya. Allah Ta’ala berfirman :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ ﴿ ١٧٥﴾ وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ ﴿ ١٧٦
” Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (Q.S. Al-A’raf 175-176)
Terdapat perbedaan pendapat seputar masalah sosok pribadi yang dirubah menjadi anjing. Mereka juga berbeda pendapat kapan masa terjadinya. Akan tetapi pada kesempatan ini kita memilih apa yang telah dipilih oleh Ibnu Katsir rahimahullah, dia berkata : ‘ Inilah kisah yang disebutkan oleh Ibnu Ishaq dari kisah Bal’am yang shahih, karena ia telah disebut juga oleh para ulama salaf lainnya. Lantas bagaimanakah kisah yang dibawakan oleh Ibnu Ishaq tersebut?”.
Muhammad bin Ishaq berkata, diriwayatkan dari Salim, dari Abu Nashr bahwasanya ia berkata : “ Tatkala Nabi Musa ‘alayhissalam dan puluhan ribu orang bani Israil singgah di Kan’an, salah satu wilayah di Syam,Syria. Melihat kedatangan mereka, segeralah warga Kan’an mengadukan perkara mereka kepada Bal’am, yaitu seorang tokoh yang sangat disegani. Mereka mengatakan kepada Bal’am, “ Orang ini adalah Musa bin Imran. Dia yang memimpin Bani Israil. Dia datang untuk mengusir kami lalu dia akan menempati negeri kami,padahal kami tidak memiliki tempat tinggal. Engkau adalah orang yang doanya maqbul, maka doakanlah mereka (Musa dan Bani Israil) dengan keburukan”. Kata warga Kan’an.
Mendengar hal itu, Bal’am justru marah, “Celakalah kamu. Yang bersama nabi Allah itu adalah para malaikat dan orang-orang yang beriman. Bagaimana mungkin aku mendoakan mereka dengan nasib buruk?!”. Katanya . Namun mereka terus membujuk Bal’am, sampai akhirnya Bal’am terpengaruh juga. Maka Bal’am pun mengendarai keledainya menuju gunung Husban, tempat tinggal Nabi Musa ‘alayhissalam berkemah. Namun belum jauh dia berjalan, keledainya berhenti. Mungkin karena kelelahan, maka ia pun turun dan beristirahat sejenak. Tak lama kemudian ia melanjutkan perjalanan. Tetapi belum jauh berjalan, keledainya berhenti lagi, Anehnya dengan izin Allah Ta’ala keledai itu seketika bisa berbicara. Keledai itu mengatakan : “ Celakalah kamu wahai Bal’am, hendak pergi kemana engkau?. Apa kamu tidak dapat melihat para malaikat di depanku yang memalingkan wajahnya?. Apa kamu hendak menemui Nabi Allah dan orang-orang mu’min untuk mendoakan dengan sesuatu yang buruk?”.
Tetapi karena telah dikuasai hawa nafsu, maka Bal’am tidak menghiraukan perkataan keledai tersebut, bahkan ia semakin kuat memukul keledai tersebut. Akhirnya dengan terpaksa keledai itu menuruti perintah tuannya, melanjutkan perjalanan hingga tiba di gunung Husban.
Sesampainya di puncak gunung tersebut, serta merta Bal’am pun mendoakan keburukan untuk Nabi Musa ‘alayhissalam dan kaumnya. Akan tetapi ketika ia hendak ulai berdoa, Allah ‘Azza wa Jalla mengubah gerak-gerik lidahnya, sehingga yang keluar dari mulutnya Bal’am adalah doa yang sangat baik untuk Nabi Musa ‘alayhissalam dan kaumnya, dan mendoakan keburukan untuk kaum Kan’an. Yang keluar dari lisan Bal’am malah kebalikan dari apa yang ia niatkan dari hatinya. Allahu Akbar.
Mendengar hal itu kaum Kan’an kaget, mereka berkata : “ Hai Bal’am, apa yang telah kamu lakukan?. Kamu telah mendoakan kebaikan kepada mereka dan mendoakan keburukan untuk kami?”. Bal’am menjawab : “ Sesungguhnya doa yang telah keluar dari mulutku tadi sama sekali bukan karena kemauanku, akan tetapi itu adalah kekuasaan dan kehendak Allah yang sama sekali tidak aku sadari”. Kemudian Bal’am mengatakan : “ Kalau begitu, aku akan membuat tipu daya dan muslihat di kalangan Bani Israil”.
Maka dikumpulkanlah beberapa wanita cantik. Mereka diberikan pakaian yang indah beserta perhiasan dan wewangian. Dengan dibekali beberapa barang yang menarik, mereka dikirim ke perkemahan tempat Nabi Musa ‘alayhissalam bersama kaumnya. Bal’am berkata kepada kaumnya : “ Suruh mereka menuruti keinginan orang-orang yang ingin berzina, agar mereka semua celaka”.
Tidak lama kemudian , para wanita tersebut tiba di perkemahan Nabi Musa ‘alayhissalam. Salah seorang di antara mereka adalah Kusba binti Shuwar,ia berjalan di depan kemahnya Zamri bin Syalum. Maka Zamri bin Syalum, sebagai kepala suku Sam’an bin Ya’qub bin Ishaq ‘alayhimussalam pun terpesona hatinya lalu membawa Kusba menghadap Nabi Musa ‘alayhissalam. Zamri berkata kepada Musa ‘alayhissalam : “ Mungkin Tuan akan mengatakan bahwa wanita ini haram bagiku. Karena itu Tuan melarangku untuk mendekatinya bukan ?”. Nabi Musa ‘alayhissalam mengatakan : “ Benar. Wanita ini haram bagimu, jangan dekati dia!”.
Zamri berkata : “ Demi Allah, pada perkara yang satu ini aku tidak akan menaatimu”. Maka Zamri pun membawa wanita tersebut masuk ke dalam kemahnya, dan terjadilah perbuatan keji tersebut. Tak lama kemudian, Allah Ta’ala pun menurunkan wabah Tha’un ( wabah penyakit pes) di kalangan Bani Israil.
Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalhah, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata : “ Ia adalah salah seorang dari kalangan kaum yang bengis, namanya Bal’am. Dia termasuk salah seorang yang diberi ilmu tentang nama-nama Allah Yang Paling Agung ”.
Allah Ta’ala berfirman :
فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ
” maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).” (Q.S. Al-A’raf ayat 176)
Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam memaknai ayat tersebut. Adapun yang dipegang oleh Ibnu Ishaq yang diriwayatkan dari Salim bin Abi An-Nadhr : “ Bahwasanya Bal’am senantiasa menjulurkan lidahnya sampai ke dadanya. Perumpamaannya seperti anjing, yakni ia selalu menjulurkan lidahnya baik ketika dia dihalau dari air maupun ketika dibiarkan”.
Ada yang mengatakan bahwa maknanya yaitu ia seperti anjing dalam hal kesesatannya dan keterpedayaannya di dalamnya. Tidaklah bermanfaat lagi baginya doa apapun atau ajakan untuk iman, ia bagaikan anjing dalam hal penjuluran lidahnya pada kedua keadaan yakni baik ketika dia dihalau maupun ketika dibiarkan. Dan tidaklah juga bermanfaat baginya dengan ada atau tidak adanya nasehat serta dakwah yang mengajaknya kepada iman.
Akibat yang diterima oleh Bal’am :
- Dia termasuk orang-orang yang binasa
- Dia menjadi orang yang hina, dan kalau seandainya dia mau bersandar kepada Allah Ta’ala, niscaya Allah Ta’ala akan mengangkatnya pada derajat yang tinggi. Akan tetapi ia lebih memilih unutk menempel erat kepada dunia sebagaiman firman Allah Ta’ala :
وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ
“ tetapi dia cenderung kepada dunia”
- Muqatil berkata : “ Dia ridha dengan dunia”. Abu Zahriyah berkata : “ Setan menampakkan diri kepadanya dari ketinggian, maka seketika itu juga sang keledai langsung sujud kepada Allah, namun Bal’am justru sujud kepada setan”. Demikian juga yang dikatakan oleh Abdurrahman bin Jabir dan yang lainnya.
- Kemudian ia diumpamakan dengan anjing sebagaimana hal ini disebutkan di dalam Al-Quran, dan ini merupakan sebuah perumpamaan yang belum diketahui oleh para manusia sebelumnya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfiman :
سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ
” Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.” (Q.S. Al-A’raf ayat 177)
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan : “ Maksudnya, sungguh buruk perumpamaan mereka yang disamakan dengan anjing. Yang mana keinginannya hanya sekedar kenyang dn memuaskan nafsu belaka. Barangsiapa yang keluar dari lingkup ilmu dan petunjuk untuk memenuhi kesenangan dan mengikuti hawa nafsu semata, maka ia sama dengan anjing. Dan itu adalah perumpamaan yang sangat buruk ”.