Sangat nyata di zaman sekarang ketika seseorang mengatakan kalimat “Bertaqwalah (Takutlah) kepada Allah” kepada saudaranya sesama muslim, malah berdampak sebagai cemoohan. Sehingga ketika kita melontarkan kalimat nasehat tersebut kepada salah seorang di antara awam muslimin, maka kita akan mendapati sikap perlakuan yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan dari nasehat mulia tersebut. Seakan-akan yang mengucapkan kalimat nasehat tersebut sudah melontarkan perkataan yang kasar. Mengapa bisa demikian ? Karena banyak orang sudah mulai menafikan dan menyombongkan diri dari nasehat “Takutlah kepada Allah”.
Coba deh sekali-kali kita mengucapkan “Takutlah kepada Allah” kepada salah seorang dari kalangan awam muslimin. Yang ada malah wajah orang tersebut akan memerah karena murka, nafas memburu,malah bisa jadi berdiri dari tempat duduknya dan meneriaki kita dengan mengembalikan perkataan “Justru kamu yang takutlah kepada Allah!”. Bahkan bisa jadi kita malah dituduh sebagai orang-orang garis keras, bahkan tidak sedikit yang melabeli dengan ISIS,hanya lantaran kita mengucapkan kalimat nasehat “Takutlah kepada Allah”. Demi Allah, memang demikianlah fakta yang terjadi di lapangan.
Saya coba merenungi kalimat ini, kenapa kebanyakan orang sekarang malah tersinggung dengan kalimat ini ?. Mengapa mereka sontak marah ketika mendengar kalimat nasehat berharga ini ?. Bisa jadi ini adalah pengaruh keras dari nasehat ini atas jiwa mereka. Akan tetapi apakah ada reaksi penerimaan terhadap kalimat nasehat ini ?.
Sungguh telah datang perintah dari Allah kepada Rasulullah ﷺ dengan perintah “Bertaqwalah kepada Allah!” di dalam Al-Quran melalui firmanNya :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Wahai Nabi! Bertaqwalah kepada Allah dan janganlah engkau menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana”[1]
Ibnu Katsir t mengatakan di dalam tafsirnya : “ Ini adalah peringatan kepada yang lebih tinggi untuk dilanjutkan kepada yang lebih rendah. Karena , apabila Allah memerintahkan kepada hamba dan RasulNya untuk melakukan hal tersebut , maka orang-orang yang lebih rendah dari beliau lebih pantas untuk melakukannya”.
Demikian pula telah datang perintah dari Allah kepada para hambaNya yang beriman untuk bertaqwa kepada Nya di dalam banyak ayat di dalam Al-Quran,di antaranya adalah firman Nya :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“ Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim”[2]
Dan juga firmanNya
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.”[3]
Dan juga firman Allah :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”[4]
Lantas bagaimana persoalannya dengan orang-orang di zaman sekarang yang keberatan Ketika mendengar kalimat nasehat ini , padahal Allah mengancam bagi siapapun yang menyombongkan diri dan tidak menjadikan perkataan ini sebagai nasehat atas dirinya dengan ancaman “Jahannam” sebagai tempat kembalinya dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali?. Allah lberfirman :
وَاِذَا قِيْلَ لَهُ اتَّقِ اللّٰهَ اَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْاِثْمِ فَحَسْبُهٗ جَهَنَّمُ ۗ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
“Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertaqwalah kepada Allah,” bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka Jahanam, dan sungguh (Jahanam itu) tempat tinggal yang terburuk.”[5]
Al-Mawardi mengatakan di dalam tafsirnya : “ maknanya ketika dikatakan kepada seseorang : ‘bertaqwalah kepada Allah’,ia meyombongkan diri untuk menerima nasehat tersebut, lantaran dosa yang telah ia perbuat sehingga menghalanginya untuk bertaqwa kepada Allah”. Di tafsir lain dijelaskan : “ Apabila orang yang jahat dalam ucapan dan perbuatannya itu diberikan nasehat dan disampaikan kepadanya ‘Bertaqwalah kepada Allah, tinggalkanlah ucapan dan perbuatanmu yang jahat itu, dan kembalilah kepada kebenaran’, maka orang tersebut akan menolaknya, mengabaikan, sombong dan marah lantaran dosanya,yaitu : disebabkan oleh dosa-dosa yang telah menyelimuti dirinya’[6].
Apakah pernah terlintas di benak orang-orang yang marah dengan kalimat nasehat ini kalua tempat Kembali mereka adalah neraka Jahannam?. Padahal telah disabdakan oleh Rasulullah ﷺ di dalam sebuah hadits :
“!كَفَى بِالمَرءِ إِثمًا أَن يَقُولَ لَهُ أَخُوهُ: اِتَّقِ اللهَ، فَيَقُولُ: عَلَيكَ بِنَفسِكَ؛ مِثلُكَ يُوصِينِي”
“ Cukuplah sebagai dosa bagi seseorang ketika dikatakan kepadanya oleh saudaranya : ‘bertaqwalah kepada Allah’, kemudian ia mengatakan : ‘urus saja dirimu sendiri ! orang sepertimu menasehatiku!?”[7]
Para salafusshalih sangat berpegang teguh kepada Al-Quran , khususnya pada ayat tersebut. Disebutkan bahwasanya ada seorang Yahudi memiliki hajat yang ingin dimintakan kepada Harun Al-Rasyid. Hajat tersebut belum terkabulkan hingga waktu satu tahun. Suatu hari, yahudi tersebut menanti khalifah Harun Al-Rasyid di depan pintu gerbang istananya. Ketika didapatinya Harun Al-Rasyid keluar melewati pintu tersebut, Yahudi ini lari ke hadapan Harun Al-Rasyid . Ia mengatakan : “ Bertaqwalah kepada Allah wahai Amirul Mu’minin!”. Sontak Harun Al-Rasyid turun dari tunggangannya, dan sujud lantaran mendengar nama Allah. Kemudian setelah bangkit dari sujudnya, beliau menyuruh bawahannya untuk memenuhi hajat orang yahudi tersebut. Ketika mereka Kembali, mereka bertanya kepada Harun Al-Rasyid : “Wahai Amirul Mu’minin, engkau sampai rela turun dari tungganganmu hanya karena perkataan seorang Yahudi ?!”. Harun Al-Rasyid mengatakan : “ Tidak , Aku melakukannya lantaran mengingat ayat[8] :
وَاِذَا قِيْلَ لَهُ اتَّقِ اللّٰهَ اَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْاِثْمِ فَحَسْبُهٗ جَهَنَّمُ ۗ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
“Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertaqwalah kepada Allah,” bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka Jahanam, dan sungguh (Jahanam itu) tempat tinggal yang terburuk.”[9]
Maka bertaqwalah kepada Allah para kaum muslimin, jangan membantah saudara sesama muslim yang mengatakan ‘bertaqwalah kepada Allah’. Hendaknya ia introspeksi dirinya dan menerima kalimat nasehat ini dengan hati yang lapang, dan rendah diri hingga kita tidak termasuk ke dalam golongan yang termasuk ke dalam ancaman pada ayat di atas.
[1] Q.S. Al-Ahzab : 1.
[2] Q.S. Al-Imran : 102
[3] Q.S. At-Taubah : 119
[4] Q.S. Al-Ahzab : 70
[5] Q.S. Al-Baqarah : 206
[6] Tafsir Ibnu Katsir Surah Al-Baqarah ayat 206
[7] Al-Jaami’ li Ahkaamil Qur-aan
[8] idem
[9] Q.S. Al-Baqarah : 206