Bab XV

Menyekutukan Allah ﷻ dengan makhluk-makhlukNya

Allah ﷻ berfirman,

أَيُشْرِكُونَ مَا لَا يَخْلُقُ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ – وَلَا يَسْتَطِيعُونَ لَهُمْ نَصْرًا وَلَا أَنْفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ

“Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang tak dapat menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiripun berhala-berha]a itu tidak dapat memberi pertolongan”. QS Al A’raf : 191-192.

 

Bab ini menjelaskan dalil-dalil tauhid yang jelas, gamblang, mudah dicerna bahkan oleh orang awam sekalipun.

 

Allah ﷻ buka ayat ini dengan pertanyaan dalam rangka mengingkari. Apakah mereka menyembah sesuatu (apapun itu) yang tidak dapat mencipta dan mereka sendiri adalah ciptaan?! Mereka juga tidak dapat menciptakan lalat, hewan, makhluq-makhluq kecil, bahkan jika lalat atau semut jika Allah ﷻ taqdirkan mengambil sesuatu dari mereka, meminum air mereka atau memakan sebagian makanan mereka, mereka juga tidak dapat menghalanginya. Maka tidak pantas mereka disembah, karena sifat pertama lemahnya mereka dari gelar Tuhan adalah ketidak mampuan mereka mencipta makhluq.

 

Sifat kedua adalah bahwa mereka berasal dari tidak ada, dan saat mereka telah hidup merekapun butuh kepada Tuhan yang menumbuhkan mereka, menjaga mereka, memberi mereka semua yang mereka butuhkan. Sifat ketiga adalah bahwa mereka tidak mampu menolong orang-orang yang menyembah mereka, Allah ﷻ tidak mengatakan mereka tidak menolong, namun Allah ﷻ menegaskan bahwa mereka tidak mampu menolong, tidak mampu. Sifat keempat adalah bahwa mereka tidak dapat menolong diri mereka sendiri.

 

Sifat-sifat ini berlaku kepada seluruh makhluq Allah ﷻ, karena hanya Allah ﷻ lah yang maha berkuasa, dan makhluqNya lemah di hadapan Allah ﷻ, senantiasa membutuhkan pertolongan Allah ﷻ.

 

Rasulullah ﷺ, makhluq bumi Allah ﷻ yang paling mulia diperintahkan oleh Allah ﷻ untuk mengatakan firman Allah ﷻ berikut :

 

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

 

Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah ﷻ. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. QS Al A’raf : 188.

 

Di dalam alquran, dikatakan bahwa iblis berkhotbah di neraka jahannam, berbicara di hadapan para pengikutnya tentang kerugian mereka telah mendengarkan apa yang iblis godakan pada mereka, dia berlepas diri dari mereka dan mengakui ketidakmampuannya dalam menolong mereka,

 

وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ ۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي ۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ ۖ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ ۖ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ ۗ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

 

Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah ﷻ telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. QS Ibrahim : 22.

 

Masih banyak lagi ayat yang menjelaskan bantahan keras dari Allah ﷻ bahwa sesembahan-sesembahan apapun tidak akan dapat melakukan apa-apa bahkan mereka hanya bisa berlepas diri, lebih dari itu mereka akan menjadi lawan dari pengikut-pengikut mereka.

 

Dalil kedua

 

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۚ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ – إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ ۖ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ ۚ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

 

“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah ﷻ Tuhanmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah ﷻ tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” QS Fathir : 13-14.

 

Allah ﷻ ungkapkan bahwa mereka tidak memiliki qithmir, selaput ari kurma. Mereka tidak bisa menciptakan qithmir, bahkan jika ingin membuat sesuatu mereka membutuhkan bahan yang juga adalah ciptaan Allah ﷻ, mereka tidak memiliki apa-apa, mereka tidak bisa melakukan apa-apa sendiri, apalagi urusan mendengar jeritan doa dan menolong manusia dari bahaya dan adzab Allah ﷻ, lalu mengapa mereka disembah?

 

Dalil ketiga

Diriwayatkan dalam shoheh (Bukhori dan Muslim) dari Anas bin Malik, ia berkata :

شج النبي يوم أحد، وكسرت رباعيته، فقال : ” كيف يفلح قوم شجوا نبيهم “، فنـزلت  ليس لك من الأمر شيء

“Ketika perang uhud Rasulullah ﷺ terluka kepalanya, dan pecah gigi serinya, maka beliau ﷺ bersabda : “Bagaimana akan beruntung suatu kaum yang melukai Nabinya ?”

Kemudian turunlah ayat :

لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ

“Tak ada hak apapun bagimu dalam urusan mereka itu”. QS Ali Imran : 128.

Hukuman bagi mereka dan taubat jika taqdir mereka baik, hukum, vonis, itu semua adalah urusan Allah ﷻ, bukan urusan siapapun, bahkan seorang Nabi Nya yang merupakan orang yang sangat dicintai oleh Allah ﷻ.

Dalil keempat

Dan diriwayatkan dalam shoheh Bukhori Ibnu Umar bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda ketika beliau berdiri dari ruku’ pada rakaat yang terahir dalam sholat shubuh :

اللهم العن فلانا وفلانا “، بعد ما يقول :” سمع الله لمن حمده ربنا لك الحمد “، فأنزل الله :

لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ

“Ya Allah, laknatilah si fulan dan sifulan”, setelah beliau mengucapkan sami’allaahu liman hamidah, setelah itu turunlah firman Allah : “Tak ada hak apapun bagimu dalam urusan mereka itu”.

Dalam riwayat yang lain : “Beliau mendoakan semoga Shofwan bin Umayah, Suhail bin Amr, dan Al Harits bin Hisyam dijauhkan dari rahmat Allah”, maka turunlah ayat : “Tak ada hak apapun bagimu dalam urusan mereka itu”.

Pada ayat ini dengan riwayat berbeda di atas, kita dapati tegasnya Allah ﷻ, bahwa urusan laknat, urusan taubat, urusan akhir hidup seseorang adalah mutlak kekuasaan Allah ﷻ, bahkan tiga orang yang Rasulullah ﷺ doakan laknat dari Allah ﷻ bagi mereka pada akhirnya masuk agama islam.

 

Pada dalil selanjutnya ini kita akan mendapatkan keterangan yang sangat jelas bahwa Rasulullah ﷺ yang merupakan manusia paling mulia di sisi Allah ﷻ tidak dapat menolong keluarganya sendiri di hari akhir kelak selain dengan izin Allah ﷻ, bagaimana dengan orang-orang selain Beliau ﷺ walaupun seorang wali Allah ﷻ?

 

Dalil kelima

 

Diriwayatkan pula dalam shoheh Bukhori dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu ia berkata : “ketika diturunkan kepada Rasulullah ﷺ firman Allah ﷻ :

وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

“Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat” QS Asy Syu’ara : 214.

Berdirilah beliau ﷺ dan bersabda : “Wahai orang-orang quraisy, tebuslah diri kamu sekalian (dari siksa Allah ﷻ dengan memurnikan ibadah kepadaNya). sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa dihadapan Allah ﷻ untuk kalian. Wahai Abbas bin Abdul Mutholib, sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu dihadapan Allah ﷻ, wahai Shofiyah bibi Rasulullah, sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu dihadapan Allah ﷻ nanti, wahai Fatimah binti Rasulullah, mintalah kepadaku apa saja yang kau kehendaki, tapi sedikitpun aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu dihadapan Allah ﷻ nanti”.