Bab ini sangat penting, karena dukun dan tukang ramal ramai di negeri kita, kita temukan ada banyak paguyuban para normal, banyak muncul website-website yang menawarkan ramalan-ramalan, sampai-sampai dukun negeri ini diekspor ke luar negeri.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab membawakan bab ini setelah bab penyihir disebabkan karena dukun dan sihir memiliki kesamaan, yaitu sama-sama dibantu oleh kaum jin. Adapun bedanya adalah bahwa dukun berkaitan dengan pengakuan akan mengetahui masa depan, dan sihir adalah bantuan jin yang berupa khayalan bagi korban, sakit, dan lain-lain yang merupakan gangguan.
Ramalan masa depan pada zaman ini tidaklah seperti zaman sebelum Nabi ﷺ diutus, hampir-hampir ramalan saat ini tidak tepat dan tidak berdasarkan kabar yang benar dari jin-jin yang dimintai tolong. Para dukun sebelum Nabi ﷺ diutus sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah ﷺ dapat mencuri dengar dari para malaikat.
Ada tiga kondisi dari perdukunan sebagaimana disebutkan oleh para ulama,
Sebelum Rasulullah ﷺ diutus. Para dukun hampir sering dan selalu benar, karena merek dapat mencuri berita dari langit. Sebagaimana dalam buku tafsir disebutkan bahwa paranormal yang dimiliki oleh Fir’aun meramalkan bahwa akan lahir seorang bayi pada tahun sekian dan tanggal sekian dari bani Israil dan akan menjatuhkan singgasananya kelak.
Ketika Rasulullah ﷺ hidup.
Tidak ada pencurian berita dari langit sama sekali, karena Allah ﷻ menjaga wahyu supaaya tidak bercampur dengan selainnya.
Allah ﷻ berfirman dalam surat alJinn,
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا
Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api (QS Al Jinn – 8).
Setelah Rasulullah ﷺ wafat.
Bisa terjadi pencurian namun sangat sedikit, dikatakan oleh Ibnu Hajar bahwa ini hampir-hampir tidak bisa. Kemungkinannya saat ini sangat kecil untuk benar.
Cara para dukun meramal masa depan bermacam-macam, antara lain;
Dengan melihat telapak tangan
Dengan melihat tanggal lahir, dan dikaitkan dengan astrologi.
Dengan melihat golongan darah.
Dengan melihat mangkok atau gelas.
Dengan melihat kartu.
Dengan garis-garis di tanah.
Dengan melihat tanda tangan.
Dengan melihat tanda lahir, tahilalat.
Dengan huruf abjad.
Dengan kabar dari kawannya yang adalah jin.
Kita katakan bahwa dukun itu kafir, dengan dua sebab
Meminta bantuan kepada jin.
Mengaku mengetahui ilmu ghaib, ini adalah menyekutukan Allah ﷻ dalam bab ilmu terhadap sesuatu yang ghaib.
Ilmu ghaib terbagi menjadi dua
Ilmu ghaib yang bersifat muthlaq, ilmu ini juga terbagi lagi menjadi dua
Hanya Allah ﷻ yang tahu, tiada satu pun makhluqNya yang tahu, seperti hari kiamat. Allah berfirman dalam surat Luqman ayat 34,
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Muthlaq Allah ﷺ yang tahu, namun Allah ﷺ beritahukan sedikit kepada para Rasulu dari kalangan malaikat dan kalangan manusia. Allah ﷻ berfirman dalam surat al Jinn ayat 26-27,
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا
Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
Ilmu ghaib nisbi. Artinya sebagian manusia mengetahui dan sebagian lain tidak mengetahuinya.
Berkaitan dengan tempat.
Contaohnya adalah Nabi Sulaiman yang tidak mengetahui bahwa pada saat itu di negeri Saba’ terdapat kerajaan yang dipimpin oleh seorang ratu bernama bilqis..
Berkaitan dengan waktu.
Contohnya adalah cerita masa lalu, tidak diketahui oleh orang yang hidup di masa ini kecuali dikabarkan dengan kabar yang benar, seperti kisah Nabi Nuh yang diceritakan Allah ﷻ kepada Nabi Muhammad ﷺ. Allah ﷻ berfirman
تِلْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهَا إِلَيْكَ ۖ مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلَا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هَٰذَا ۖ فَاصْبِرْ ۖ إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ
Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Hud – 49)
Dalil pertama
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shohehnya, dari salah seorang istri Nabi, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :
“من أتى عرافا فسأله عن شيء فصدقه لم تقبل له صلاة أربعين يوما”
“Barang siapa yang mendatangi peramal dan menanyakan kepadanya tentang sesuatu perkara dan dia mempercayainya, maka sholatnya tidak diterima selama 40 hari”.
Dalil kedua
Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :
“من أتى كاهنا فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد “. رواه أبو داود.
“Barang siapa yang mendatangi seorang dukun, dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) terhadap wahyu yang telah diturunkan kepada Muhammad” (HR. Abu Daud).
Dalil ketiga
Dan diriwayatkan oleh empat periwayat[1] dan Al Hakim dengan menyatakan : “Hadits ini shahih menurut kriteria Imam Bukhori dan Muslim” dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :
“من أتى عرافا أو كاهنا فصدقه بما يقول فقد كفر بما أنزل على محمد”
“Barang siapa yang mendatangi peramal atau dukun, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesunggunya ia telah kafir terhadap wahyu yang telah diturunkan kepada Muhammad”.
Abu Ya’la pun meriwayatkan hadits mauquf dari Ibnu Mas’ud seperti yang tersebut di atas, dengan sanad Jayyid.
Dalil keempat
Al Bazzar dengan sanad Jayyid meriwayatkan hadits marfu’ dari Imran bin Husain, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :
“ليس منا من تطير أو تطير له، أو تكهن أو تكهن له، أو سحر أو سحر له، ومن أتى كاهنا فصدقه فقد كفر بما أنزل على محمد ” رواه البزار بإسناد جيد.
“Tidak termasuk golongan kami orang yang meminta dan melakukan Tathoyyur, meramal atau minta diramal, menyihir atau minta disihirkan, dan barang siapa yang mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya ia telah kafir terhadap wahyu yang telah diturunkan kepada Muhammad.
Hadits ini diriwayatkan pula oleh At Thabrani dalam Mu’jam Al Ausath dengan sanad hasan dari Ibnu Abbas tanpa menyebutkan kalimat : “dan barang siapa mendatangi …”dst.
Imam Al Baghowi ([2]) berkata : “Al Arraf (peramal) adalah orang yang mendakwahkan dirinya mengetahui banyak hal dengan menggunakan isyarat-isyarat yang dipergunakan untuk mengetahui barang curian atau tempat barang yang hilang dan semacamnya. Ada pula yang mengatakan : ia adalah Al Kahin (dukun) yaitu : orang yang bisa memberitahukan tentang hal-hal yang ghoib yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Dan ada pula yang mengatakan : ia adalah orang yang bisa memberitahukan tentang apa-apa yang ada dihati seseorang”.
Menurut Abul Abbas Ibnu Taimiyah : “Al Arraf adalah sebutan untuk dukun, ahli nujum, peramal nasib dan sejenisnya yang mendakwahkan dirinya bisa mengetahui hal hal ghaib dengan cara-cara tersebut.”
Ibnu Abbas berkata tentang orang-orang yang menulis huruf huruf أبا جا د sambil mencari rahasia huruf, dan memperhatikan bintang-bintang : “Aku tidak tahu apakah orang yang melakukan hal itu akan memperoleh bagian keuntungan di sisi Allah”.