Bab IV

Takut daripada Syirik

 

Pepatah arab mengatakan bahwa dengan mengenal lawan dari sesuatu, maka sesuatu tersebut akan semakin jelas. Maka pada bab ini kita akan mengenal lawan dari tauhid, yaitu syirik, dan bahwa seorang muslim haruslah takut sekali terjatuh pada kesyirikan.

 

Umar bin Khattab berkata,

إنما تنقض عرى الإسلام عروة عروة إذا نشأ فى الإسلام من لا يعرف الجاهلية

“Simpul islam akan terlepas sedikit demi sedikit, jika tumbuh di antara kaum muslimin orang-orang yang tidak mengenal jahiliyyah”.

 

Tidak kenal jahiliyyah atau keburukan apapun akan menyebabkan seorang hamba terkena jahiliyyah itu sendiri tanpa dia sadari. Untuk kesempurnaan tauhid seorang hamba haruslah mengenal syirik secara detail. Seorang ulama mengatakan bahwa kita mengenal keburukan itu untuk meninggalkannya, dan orang yang tidak mengetahui akan jatuh ke dalam keburukan tersebut.

 

Atas dasar itu, Imam Ibn Qayyim mengatakan bahwa orang-orang yang paling kuat tauhidnya adalah para shahabat, karena mereka telah melalui berbagai kesesatan dan kerusakan, sehingga mereka benar-benar mengetahui nilai tauhid dan islam.

 

Secara bahasa syirik berarti mengambil tandingan. Imam Al Amiir Ashshanani mengatakan dalam kitab beliau tathhirul-i’tiqaad, “lafal syariik menunjukkan bawwa pada hakikatnya mereka mengakui adanya Allah ﷻ”. Maka orang yang menyembah dewa tanpa menyembah Allah bukanlah musyrik secara bahasa. Orang-orang jahiliyyah adalah kaum musyrikin, karena mereka mengenal Allah ﷻ, mereka mengagungkan kabah, berhaji, dan lain sebagainya, meskipun semua ritual ibadah itu bercampur dengan ritual kesyirikan.

 

Dalil pertama

 

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

Banyak yang menyangka bahwa selama menyembah Allah atau muslim tidak akan musyrik. Perlu diketahui bahwa syirik itu ada dua macam, syirik besar dan syirik kecil, sebagaimana nanti diisyaratkan oleh Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadits yang juga disadur oleh muallif dalam kitab ini.

Ayat yang mulia ini menunjukkan kepada kita bahwa syirik akbar menimbulkan tiga musibah bagi seorang hamba yang jatuh padanya dan belum sempat bertaubat sebelum meninggal dunia :

  1. Semua amal shalih yang pernah dia lakukan seumur hidup akan gugur seketika.
  2. Allah ﷻ tidak akan mengampuni dosanya.
  3. Kekal diadzab dalam neraka jahannam.

 

Jika seorang hamba meninggal dunia dan membawa syirik kecil, apakah dosa kesyirikan itu dapat dimaafkan oleh Allah ﷻ atau tidak? Para ulama berbeda pendapat,

  1. Jumhur ulama atau sebagian besar mereka berpendapat bahwa ayat ini berbicara tentang syirik besar bukan syirik kecil, karena ayat ini diakhiri dengan ffirman Allah ﷻ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا, ini adalah indikasi bahwa syirik ini adalah syirik besar, bukan ungkapan untuk syirik kecil.
  2. Sebagian kecil yang lain dari pada ulama mengatakan bahwa dosa syirik kecil itu tidak diampuni, berdasarkan keumuman ayat di atas.

 

Faidah dari ayat ini juga adalah bahwa para pelaku dosa besar jika meninggal dunia dan belum sempat bertaubat, maka di dunia mereka adalah seorang mukmin yang imannya sangat lemah, dan disebut juga orang fasik, di akhirat kelak mereka berada di bawah kehendak Allah ﷻ. Ini adalah aqidah ahlussunnah wal jama’ah.

 

Dalil kedua

 

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.

Dalam alQuran dan sunnah terdapat dua ungkapan untuk sesuatu yang disembah secara umum, yaitu ashnam dan autsan (akan datang ungkapannya dari hadits Rasulullah ﷺ). Ashnam berarti berhala yang berbentuk atau patung-patung tuhan yang disembah oleh sebagian manusia. Sedangkan aushan adalah berhala yang tidak berbentuk khusus atau tidak berbentuk patung tuhan, seperti kuburan, pohon, dan lain sebagainya.

Nabi Ibrahim mengatakan dalam doanya agar dijauhkan dan diberi keselamatan baginya dan bagi keturunannya dari penyembahan berhala. Nabi Ibrahim sangat takut terhadap kesyirikan, tidak percaya diri meninggal tanpa membawa dosa syirik. Seorang alim bernama Ibrahim Attaimi mengatakan “pantaskah merasa aman dari ujian ini seseorang setelah Nabi Ibrahim?”, jawabannya tidaklah pantas.

Syaikh Shalih alu Syaikh mengatakan bahwa orang-orang yang benar-benar takut kesyirikan adalah orang yang selalu berusaha memurnikan tauhidnya”. Doa orang beriman di dalam alquran adalah doa meminta keselamatan bagi agamanya. Allah ﷻ berfirman

 

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. QS Ali Imran – 8.

Dalil ketiga

 

Rasulullah ﷺ bersabda :

“أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر، فسئل عنه ؟ فقال : الرياء”

“’Sesuatu yang paling aku khawatirkan dari kamu kalian adalah perbuatan syirik kecil’, kemudian beliau ditanya tentang itu, dan beliaupun menjawab : ‘yaitu riya‘.” (HR. Ahmad, Thobroni dan Abi Dawud).

Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa ini adalah dalil pembagian syirik. Pembagian ini diisyaratkan sendiri oleh Rasulullah ﷺ. Dari ayat sebelumnya dan hadits ini maka disimpulkan oleh para ulama bahwa dosa syirik besar akan menghapus semua amal, sedangkan dosa syirik kecil akan menghapus amal yang terrcampur syirik kecil itu saja.

 

Salah satu syirik kecil yang sangat berbahaya dan sangat ditakuti oleh Rasulullah ﷺ menimpa ummatnya adalah dosa riya. Riya ini sendiri ada dua macam, pertama adalah riya orang-orang munafiq. Allah ﷻ menyinggung perbuatan mereka dalam alquran dengan firmanNya

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.

Yang kedua adalah riya kaum muslimin (riya’ yasiir/riya ringan). Namun begitu, ini tetaplah riya dan harus dihindari oleh kaum muslimin. Karena riya adalahl bahaya yang harus dicegah. Imam Ibnu Qayyim bertutur dalam kitab beliau, al wabilush shayyib, bahwa penghancur amal dan perusaknya banyak sekali, maka yang harus diperhatikan adalah bukan amal saja, tapi bagaimana menjaganya agar amal itu tidak rusak, apalagi gugur. Riya meskipun tipis akan mengugurkan amal, maka tidak ada beda orang yang mengharap dilihat ibadahnya oleh satu orang ataupun berharap dilihat oleh seratus orang, dua-duanya adalah riya dan dua-duanya akan membatalkan amalnya tersebut.

Riya yang dilakukan oleh seorang hamab memiliki beberapa bentuk,

  1. Seorang hamba sudah berniat riya’ dari awal melakukan amal, maka amalnya gugur.
  2. Seorang hamba dihampiri niat riiya di tengah amal. Jika dia berusaha melawan maka pahala amalnya selamat, namun jika dia biarkan maka amalannya gugur sebagaimana pendapat sebagian ulama, dan tidak gugur sebagaimana pendapat ulama yang lain, karena mereka mengatakan bahwa
  3. Riya setelah selesai. Ada dua pendapat
  • Tidak gugur, karena tidak ada hubungannya dengan amal yang telah berlalu. Ini yang lebih tepat dan lebih ringan, karena sangatlah sulit terhindar dari riya ini. Allah al musta’aan.
  • Gugur, sebagaimana pendapat Imam Ibnu Qayyim, beliau berdalil dengan ayat “Laa tubthiluu shahadaqaatikum bil manni wal adzaa”. Penggugur shadaqah ini dilakukan setelah amal shadaqah ini selesai. Begitu juga riya sebagai penggugur amal.

 

Dalil keempat

 

من مات وهو يدعو من دون الله ندا دخل النار

“Barang siapa yang mati dalam keadaan menyembah sesembahan (berdoa) selain Allah, maka masuklah ia kedalam neraka”. (HR. Bukhori)

 

Berdoa adalah ibadah yang amat mulia, Rasulullah ﷺ bersabda bahwa doa adalah intinya ibadah. Maka barangsiapa yang berdoa kepada selain Allah ﷻ sungguh dia telah melakukan kesyirikan yang teramat besar, Rasulullah ﷺ jaminkan baginya neraka, karena di dalam doa terdapat dua maksud ibadah yang sangat agung, yaitu kerendahan diri orang yang berdoa dan pengagungan terhadap yang ditujukan kepadanya doa tersebut. Sehingga Allah  ﷻ berfirman dalam alquran,

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُونَ

Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang berdoa (menyembah sembahan-sembahan) kepada selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka?. QS Al-Ahqaf – 5.

Dalil kelima

Diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda :

من لقي الله لا يشرك به شيئا دخل الجنة ومن لقيه يشرك به شيئا دخل النار

Barang siapa yang menemui Allah (mati) dalam keadaan tidak berbuat syirik kepadaNya, pasti ia masuk surga, dan barang siapa yang menemuiNya (mati) dalam keadaan berbuat kemusyrikan maka pasti ia masuk neraka.

Hadits ini adalah jaminan yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ bagi orang yang bertauhid dan orang yang melakukan syirik dalam ibadah mereka.