“~Jatuh Cinta~”

Kata orang jatuh cinta itu mengasyikkan,
Kata orang jatuh cinta itu indah,
Kata orang jatuh cinta itu membuat mabuk kepayang..

Tapi pada hakikatnya yang namanya jatuh cinta sebenarnya adalah siksaan batin dan menyibukkan hati dari berdzikir kepada Allah Ta’ala..

Ketika seseorang jatuh cinta maka ia akan selalu ingat kepada kekasihnya dalam banyak aktivitasnya..

Bagaimana tidak menyiksa…??
Dia akan selalu tersiksa dengan kekhawatiran, dia akan selalu tersiksa dengan kerinduan, dia akan selalu tersiksa dengan khayalan dan angan-angan, dan dia akan dijadikan lupa kepada yang halal dan tersibukkan dengan yang haram, belum lagi ketika cinta bertepuk sebelah tangan..

Para ulama berkata :
“Mengingat manusia itu penyakit, sedangkan mengingat Allah itu penawar kegundahan hati.”

Padahal ada cinta yang tak akan pernah bertepuk sebelah tangan.
Ia adalah “Mahabbatullah” cinta kepada Allah..

Cinta yang memberi keindahan hidup..
Cinta yang paling tertinggi..
Cinta yang selalu memberikan kebahagiaan..
Cinta yang melahirkan rasa rindu kepada Ar-Rahman..
Cinta yang merasakan kenikmatan dan ketenangan batin ketika berduaan dengan-Nya..

Abu Bakar Al-Kattany berkata:
“Suatu hari ketika musim haji, pernah diselenggarakan dialog yang membahas tentang masalah CINTA di Makkah. Maka banyak orang tua yg angkat bicara dalam forum itu. Sementara Al-Junaid adalah orang yang paling muda diantara mereka.

Mereka berkata kepadanya :
“Sampaikan pendapatmu wahai penduduk Iraq…!!”

Maka dia menundukkan mukanya dan air matanya menetes dari kedua matanya, kemudian dia berkata :

“Orang yang jatuh cinta adalah hamba yang mengabaikan dirinya, selalu menyebut Rabb-Nya, melaksanakan hak-hak-Nya, memandang-Nya dengan hati, membakar hati dengan cahaya kehendak-Nya, minumannya berasal dari bejana cinta-Nya, jika bicara dengan menyertakan Allah, jika berucap dari Allah, jika bergerak menurut perintah Allah, jika diam bersama Allah, dia dg Allah, milik Allah, dan bersama Allah.”

Setelah mendengar, orang-orang tua pun menangis. Mereka berkata:
“Ini penjelasan yang tidak membutuhkan tambahan lagi, semoga Allah memberikan keperkasaan kepadamu wahai pemimpin orang-orang yang berilmu.”

(Kitab Raudhoh Al-Muhibbiin wa Nuzhah Al-Musytaqin karya Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah).

Dalam realita yang ada dapat kita saksikan bahwa ketika cinta telah bersemi dalam hati dua insan, maka kita akan menemukan pengaruh yang luar biasa dari cinta tersebut.

Keduanya akan sering menyebut-nyebut orang yang dicintainya, senantiasa memendam rindu untuk segera bertemu dan melihatnya, ingin selalu berdua dengannya, berbunga-bunga ketika dekat dengan orang yang dicintainya dan marah serta cemburu jika ada orang lain yang mencoba mendekatinya.

Selanjutnya seseorang akan mendekati orang yang dekat dengan kekasihnya dan menjauhi orang yang dibenci olehnya, menjalankan segala keinginan dan perintah kekasihnya dengan perasaan bahagia, rela berkorban untuknya dan senang dengan pemberiannya walaupun sedikit dan kecil nilainya.

Ini adalah sebagian kecil dari pengaruh cinta, ketika telah merasuki hati seseorang terhadap orang yang dicintainya.

Jika demikian pengaruh seperti apakah yang akan timbul jika ternyata yang dicintainya adalah Kekasih Yang Maha Agung…??

Bagaiamanakah kondisi seseorang yang didalam hatinya telah terdapat cinta kpd Allah…??

Tidak diragukan lagi bahwa pengaruh yang sangat dahsyat akan timbul disebabkan oleh cinta yang murni kpd Allah. Kita akan menyaksikan bahwa seseorang akan senantiasa menyebut Asma Allah dan senantiasa rindu untuk dekat dengan-Nya.

Dirinya juga begitu membenci segala sesuatu selain Allah, dia suka untuk berkhalwat (menyepi) dan bermunajat dengan-Nya, segala melaksanakan perintah-Nya dan selalu beramal demi mengharap ridho-Nya, benci terhadap sesuatu yang telah dilarang dan diharamkan oleh Allah, senang dan senantiasa bersyukur atas segala karunia-Nya.

Ia rela berkorban dengan apapun yang dimilikinya demi cintanya kepada Allah, menerima dengan lapang dada apa yang telah diputuskan Allah terhadapnya, bersungguh-sungguh dalam beramal dan taat kepada-Nya serta senantiasa memendam kerinduan yang besar untuk segera melihat-Nya.

(Kitab Kaifa Nuhibbullah wa Nasytaqu Ilahi karya DR. Majdi Al-Hilali).

Cinta kepada Allah merupakan jalan yang menjadikan hati manusia itu hidup dan gizi yang terbaik bagi ruh. Dan tidaklah ada kelezatan, kenikmatan, kemenangan dan kehidupan pada hati manusia melainkan dengan rasa cinta kepada Allah. Apabila hati manusia telah lalai dan hilang dari rasa cinta kepada Allah maka rasa sakitnya lebih besar dari pada sakitnya mata ketika mata itu kehilangan cahaya pandangan matanya. Dan lebih besar pula sakitnya dari pada telinga ketika kehilangan pendengarannya. Bahkan rusaknya hati ketika kosong dari rasa cinta kepada Allah lebih besar dari pada rusaknya anggota badan ketika hilangnya ruh didalamnya. Dan perkara ini tidak akan dibenarkan dan tidak akan diyakini kecuali bagi seseorang yang hidup hatinya. Karena sesungguhnya luka itu tidak akan terasa sakit bagi orang yang mati (hatinya) (Tazkiyatun Nufus/105)

Maka berdoalah agar Allah menganugerahi cinta yang tulus kepada-Nya…!!

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

 اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُنِى إِلَى حُبِّكَ

 (رواه الترميذي، حديث حسن صحيح، وصححه الألباني )

Ya Allah, sesungguhnya saya memohon cintaMu dan cintanya orang yang mencintaiMu serta kecintaan pada suatu amalan yang dapat mendekatkanku untuk senantiasa mencintaiMu”

(HR. Tirmidzi, Hadits hasan shohih dan dinyatakan shohih oleh syaikh Al Bani).

Abu Umair Bazher