Ada istilah yang mengatakan bahwa lidah tidak bertulang. Dalam Islam, ternyata perkara lidah pun menjadi pembahasan yang cukup serius.  

Lidah ternyata bisa menjadi salah satu penyebab dosa-dosa. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Taimiyah dalam buku “Jagalah Lisan” yang mengungkap lima dosa-dosa yang bisa dilakukan karena kita tidak menjaga lisan. Berikut penjelasannya: 

1. Ucapan kesyirikan dan kekufuran

Misalnya seorang mengucapkan atas kehendak Allah SWT dan atas kehendak fulan. Sebagaimana diriwayatkan dari Hudzaifah RA, dari Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam , beliau bersabda:

لَا تَقُولُواْ مَا شَاءَ اللهُ وَشَاءَ فُلَانٌ، وَلٰكِن قُولُواْ مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شَاءَ فُلَانٌ

“Janganlah kalian mengatakan, ”Jika dikehendaki Allah dan dikehendaki fulan.” Tetapi katakanlah, ”Jika dikehendaki Allah kemudian dikehendaki fulan.” (HR Ahmad)

2. Sumpah palsu

Sumpah palsu yaitu sumpah secara dusta dengan sengaja untuk mengambil harta/hak orang lain atau untuk suatu dosa dan pengkhianatan. Diriwayatkan dari ’Abdullah bin ‘Amru RA, dia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam : 

وَمَا الْيَمِينُ الْغَمُوسُ؟ قَالَ: الَّذِي يَقْتَطِعُ مَالَ امرئٍ مسلمٍ

“Apa itu sumpah palsu?” Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam  menjawab, “Yaitu (sumpah) yang digunakan untuk mengambil harta seorang Muslim, padahal dia dusta.” (HR Bukhari)  

Sumpah palsu merupakan salah satu dosa besar. Diriwayatkan dari ’Abdullah bin ’Amru RA, dari Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam , beliau bersabda:

“Dosa-dosa besar (adalah); menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa, dan sumpah palsu.” (HR Bukhari)

3. Mencela dan menghina  

Mencela seorang Muslim adalah suatu kefasikan. Sebagaimana diriwayatkan pula dari ‘Abdullah (bin Mas’ud) RA, bahwa Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam  bersabda:

سِبَابُ المُسلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

 “Mencela seorang Muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran.” (HR Bukhari)

4. Ghibah

Ghibah adalah menceritakan keburukan saudara sesama Muslim yang saudaranya tersebut tidak menyukainya. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam  bersabda:

 أَتَدْرُونَ مَا الغِيبَة؟ قَالُواْ: اَللّٰهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَم .قَالَ:الْغِيبَةُ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ : أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُول ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُول فَقَدْ اِغْتَبْته ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَقَدْ بَهَتّه

“Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam  bersabda, “Yaitu engkau menceritakan saudaramu yang tidak ia suka.” Ada yang bertanya, “Bagaimana jika apa yang aku katakan benar-benar ada pada saudaraku?” Beliau menjawab, “Jika padanya benar-benar ada apa yang engkau katakan, maka engkau telah menghibahnya. Jika tidak ada, maka engkau telah membuat kebohongan atasnya.” (HR Muslim)

5. Namimah 

Naminah (adu domba) adalah seorang menyampaikan pembicaraan satu orang kepada orang yang lainnya dengan tujuan untuk menimbulkan keretakan hubungan di antara mereka (al-Kabair, adz-Dzahabi.)

Dan di antara salah satu penyebab siksa kubur adalah suka mengadu domba di antara manusia. Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam pernah melalui dua kuburan, lalu bersabda: 

إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ وَأَمَّا الْآخَرُفَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ

“Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa dan keduanya disiksa bukan karena (dosa yang dianggap) besar. Salah satu dari keduanya suka mengadu domba dan yang lainnya tidak bertabir ketika dia buang air kecil.” (HR Bukhari)