Mustahil hidup ini terasa indah tanpa adanya rasa cinta. Cinta yang tentunya secara umum, fitrah yang Allah Ta’ala jadikan ada di setiap jiwa. Yang dimana dengan rasa cinta tersebut, setiap jiwa saling berkasih sayang satu sama lain, terlebih cinta kasih antara seseorang dengan kedua orang tuanya, antara ibu dan ayah, cinta ibu terhadap buah hati begitu juga kepada cucunya, cinta sesama sahabat yang tentunya cinta karena Allah dan yang sesuai fitrah. Lantas bagaimana halnya setiap muslim terhadap manusia terbaik yang Allah Ta’ala utus ke dunia, baginda Yang Mulia Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam , yang bahkan Allah Ta’ala bersama para malaikatNya bershalawat untuk beliau?. Mustahil dipertanyakan keberadaan cinta tersebut kepada beliau , shallallahu ‘alayhi wasallam.

Jelas-jelas mencintai rasul diperintahkan di dalam syariat. Bahkan mencintai rasul lebih diutamakan ketimbang seseorang mencintai dirinya sendiri bahkan kedua orang tuanya. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu , bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda :

 لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kalian hingga ia lebih mencintai aku daripada kedua orangtuanya, anaknya, dan manusia semuanya.”

Lantas apa yang biasanya menjadi masalah dalam hal tersebut, padahal jelas-jelas nama beliau shallallahu ‘alayhi wasallam merupakan dua rukun syahadat seseorang dalam keislamannya?. Seringkali kita tergelincir hingga mengakibatkan terjatuh ke dalam lembah kesyirikan akibat ghuluw berlebih-lebihan di dalam mengekspresikan cinta kita kepada Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, yang sangat sering kita dapati pada saudara-saudara kita …yang kita mencintai mereka karena Allah… , khususnya pada saat menyanjungkan puji-pujian terhadap beliau shallalahu ‘alayhi wasallam. Padahal jelas-jelas Rasulullah , Muhammad bin ‘Abdillah, shallallahu ‘alayhi wasallam, bersabda di dalam sebuah haditsnya :

لاَ تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ ٱلنَّصَارٰى ٱبنَ مَريَم؛ إِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُواْ: عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُه

“Janganlah kalian berlebih-lebihan memujiku seperti orang-orang Nasrani berlebih-lebihan memuji Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku hanya seorang hamba, maka katakan (panggil aku), ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya’.”

Mari kita perhatikan salah satu sanjungan yang ghuluw yang seringkali dilantunkan untuk memuji rasul shallallahu a’layhi wasallam. Bait sya’ir pujian berikut ini sering kali kita dengar dilantunkan oleh saudara-saudara kita yang menyanjung beliau shallallahu ‘alayhi wasallam dalam syair berikut , karya Al-Bushayri yang masyhur di telinga kita. Perhatikan dengan seksama potongan bait sya’ir berikut :

   يَا اكْرمَ الْخلْقِ مَا لِيْ مَنْ الُوْذ بهِ         سِوَاكَ عِنْد حلُوْلِ الْحادث الْعَمِمِ

“Wahai orang yang paling mulia (Muhammad), aku tidak mempunyai pelindung selain engkau ketika datang bencana yang merata.”

Jelas-jelas di bait sya’ir di atas, dikatakan bahwa Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam dijadikan tempat meminta perlindungan dan pertolongan, bukannya Allah Rabbul ‘Aalamiin. Berarti beliau shallallahu ‘alayhi wasallam secara tidak langsung diberikan sifat rububiyyah di dalam sya’ir ini. Padahal sifat tersebut adalah milik Allah Ta’ala semata, tidak ada Rabb selain Nya.

Pujian di atas sangat kontradiktif dengan ayat berikut ini :

وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ

“…dan sekiranya aku mengetahui hal-hal ghaib niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemadharatan..” (Q.S. Al-A’raf : 188)


Ketika kita melihat kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam di dalam sirah, kita akan dapati beliau beberapa kali sempat menderita luka di peperangan. Ini sudah jelas-jelas bahwa beliau shallalhu ‘alayhi wasallam tidak mengetahui hal-hal ghaib kecuali atas izin Allah Ta’ala yang diwahyukan kepada beliau. Mari kita mencintai rasul shallallahu ‘alayhi wasallam dengan mencontoh akhlaq baik dan menghidupkan sunnah beliau, tanpa berbuat ghuluw.