Biografi Singkat Imam Abu Zur’ah Ar Rozi

Abu Zur’ah Arrozi adalah seorang Imam Robbani yang banyak menghafal hadits, dan sangat menguasai hadits-hadits yang beliau hafal.  Beliau adalah salah satu murid Imam Ahmad bin Hambal. Dan termasuk salah satu guru dari Imam Muslim.

Imam Addzahabi mengomentari Abu Zur’ah dengan mengatakan: “dia adalah seorang Imam, dan Sayyidul Huffadz (orang yang sangat kuat hafalanya), dan dia adalah ahli hadits dari kota yang bernama Royy”.

Kota Royy kini terletak di Teheran (ibukota Iran). Kota yang kini merupakan markas syi’ah Rafidhah tersebut, dahulunya adalah markas ulama Ahlussunnah. Orang yang menisbatkan dirinya ke kota ini akan menyematkan kata (الرَّازِي) “Ar Rozi” di akhir namanya. Contohnya adalah Imam Abu Hatim Ar Rozi, lalu putera beliau Abdurrahman bin Abi Hatim Ar Rozi, dan tokoh kita kali ini: Abu Zur’ah Ar Rozi.

Beliau memiliki nama lengkap Ubaidullah bin Abdil Karim bin Yazid bin Farrukh Alqurosyi Almakhzumi, beliau adalah Maula Ayyasy bin Mutharrif bin Abdillah Almakhzumi. Dan Abu Zur’ah adalah kuniah beliau.

Abu Zur’ah dilahirkan pada tahun 200 hijriah di kota Royy, beliau meninggalkan kota kelahirannya dan memulai perjalanan dalam menuntut ilmu pada usia 13 tahun ke kota Kufah, dan tinggal disana selama sepuluh bulan, kemudian kembali  lagi ke kota Royy, dan meninggalkan kotanya untuk yang kedua kali selama 14 tahun.

Negeri-negeri yang pernah beliau singgahi dalam rangka menuntut ilmu di antaranya adalah: Hijaz, Syam, Mesir, Irak dan Khurasan.

Sedangkan guru-guru beliau di antaranya adalah: Abu Nu’aim, Alqo’nabi, Yahya bin Bukair, Ahmad bin Hambal, Abu Bakar bin Abi Syaibah, dan Musa bin Ismail.

Abu Zur’ah mulai meriwayatkan hadits yang telah beliau kumpulkan pada usia 32 tahun.

Pada masa mudanya, Abu Zur’ah adalah seorang penuntut ilmu hadits yang sangat jauh dari sifat malas. Pernah suatu hari beliau ditanya oleh seorang murid beliau, ”Wahai Syaikh, hadits yang kau tulis dari gurumu Ibrohim bin Musa, apakah mencapai seratus ribu?.

Beliau menjawab:”tidak, itu terlalu banyak”.

Apakah mencapai lima puluh ribu?.

“Iya, kira-kira lima puluh sampai enam puluh ribu, jawab Abu Zur’ah”.

Dan beliau juga pernah berkata bahwa dirinya telah menulis seratus ribu hadits dari Syaikhnya yang lain, yaitu Abu Bakar bin Abi Syaibah.

Subhanallah, hanya dari satu Syaikh saja beliau mengumpulkan sampai seratus ribu hadits. Sungguh pantas apabila beliau dijuluki Imamnya negeri Khurasan.

Suatu saat ada yang datang menemui Abu Zur’ah dan berkata:”wahai Abu Zur’ah, seseorang telah bersumpah dan bersaksi bahwa engkau hafal dua ratus ribu hadits. Apakah orang ini harus membatalkan sumpahnya dan membayar kafarat?” Abu Zur’ah menjawab: “tidak perlu. Aku memang hafal dua ratus ribu hadits, seperti kalian menghafal ‘Qul huwallahu ahad’. Dan sekarang aku sedang menghafal tiga ratus ribu hadits lainnya”.

Beliau memang orang yang paling handal hafalanya di zaman itu, sebagaimana persaksian Abu Bakar bin Abi Syaibah ketika ditanya: “ menurutmu siapa orang yang paling banyak menghafal hadits ?”. maka dia menjawab: “tidak ada yang lebih kuat hafalanya dibandingkan Abu Zur’ah”.

Imam Ahmad bin Hambal pun pernah memberikan kesaksian bahwa Abu Zur’ah telah hafal enam ratus ribu hadits di masa mudanya.

Karena banyaknya jumlah hadits yang beliau hafal, sampai-sampai ada seorang Ulama yang mengatakan: “semua hadits yang tidak diketahui oleh Abu Zur’ah maka hadits itu tidak ada asal-usulnya”.

Abu Zur’ah pernah berkata: “aku heran dengan orang yang berani berfatwa dalam masalah talak, sedangkan dia belum menghafal seratus ribu hadits.”[1]

Ada juga Ulama yang mengatakan: “sungguh, Abu Zur’ah belum pernah melihat orang yang seperti dirinya”.

Betapa luas keilmuan Abu Zur’ah sehingga dikatakan bahwa kaum Muslimin akan senantiasa berada dalam kebaikan selama masih ada Abu Zur’ah. Itu semua karena kegigihian beliau dalam mencari dan menyampaikan ilmu.

Pernah suatu ketika seseorang membaca surat Alwaqi’ah ayat 22, dia melafadzkannya: “وعِيْسٍ عِيْن”.( Yang dia maksud adalah    {وحُوْرٍ عِيْنٍ})

Maka salah seorang murid Abu Zur’ah pun langsung menanyakan keabsahan lafadz bacaan ini ke Abu Zur’ah. Lantas beliaupun heran dan berkata: “sungguh aku telah hafal seratus ribu hadits yang  berkaitan dengan masalah bacaan-bacaan Alquran, tapi tidak ada satupun yang menyebutkan lafadz ini”.

Abu Zur’ah sendiri pernah mengatakan: “aku selalu menghafal dan memahami semua yang kudengar, hingga pernah suatu hari aku berjalan-jalan ke pasar, maka terdengarlah disana sebuah nyanyian. Maka aku segera menutup telinga, karena aku tidak mau menghafalkan nyanyian itu”.

Betapa besar nikmat yang Allah berikan kepada Abu Zur’ah… beliau memiliki kemampuan menghafal yang sangat luar biasa. Namun, itu semua tidak pernah sedikitpun menjadikanya sombong. Beliau adalah orang yang sangat tawadhu’.

Suatu hari ada seseorang yang tiba-tiba menghampiri Abu Zur’ah lalu mencela dan merendahkan beliau. Maka beliau hanya tersenyum dan menjawab: “wahai saudaraku, sibukkanlah dirimu dengan menuntut ilmu agama, karena betapa banyak diantara kita yang lalai dengan ilmu agama”. Peristiwa ini terjadi ketika orang-orang berkumpul mengelilingi Abu Zur’ah pada sebuah majelis untuk menguji hafalan hadits beliau.

Seseorang yang bernama Hamdun  Albardza’i datang ke rumah Abu Zur’ah untuk menulis hadits yang diriwayatkan oleh beliau. Namun ketika dia masuk ke dalam rumah Abu Zur’ah, dia melihat ada banyak guci dan karpet yang disangkanya milik Abu Zur’ah, padahal barang tersebut milik saudara Abu Zur’ah. Maka Hamdun pun pergi dan mengurungkan niatnya untuk menulis hadits karena dia mengira Abu zur’ah adalah orang yang cinta dunia. Lalu pada malam harinya dia bermimpi bahwa dirinya berada di pinggir sebuah kolam, dia melihat bayangan seseorang dalam kolam tersebut, maka bayangan itupun berkata kepadanya: “apakah kamu orang yang mengurungkan niatnya untuk menulis hadits dari Abu Zur’ah?, tidakkah kamu tahu bahwa setelah Imam Ahmad bin Hambal wafat, Allah menggantikan posisi beliau dengan Abu Zur’ah?”

Selain menjadi Ahlul hadits, Abu Zur’ah juga merupakan Imam kaum Muslimin dalam masalah aqidah. Hal ini terbukti dari banyaknya perkataan beliau tentang aqidah yang dinukil dalam kitab-kitab akidah ahlussunnah.

Abdurrahman bin Abi Hatim Ar Rozi mengisahkan: “aku bertanya kepada ayahku, dan juga kepada Abu Zur’ah mengenai madzhab Ahlus sunnah wal jama’ah tentang masalah aqidah, maka keduanya menjawab:” kami sudah bertemu para Ulama dari seluruh penjuru negeri, dan semuanya sepakat mengatakan bahwa  Allah berada di atas ‘Arsy dan terpisah dari segenap makhlukNya, sebagaimana yang Allah firmankan dalam banyak ayat dalam Alquran. Kewajiban kita hanya mengimani hal tersebut tanpa bertanya bagaimana itu bisa terjadi? Dan sungguh ilmu Allah meliputi segala sesuatu”.

Di antara ungkapan terkenal yang dikatakan Abu Zur’ah adalah: “apabila ada yang mencela seorang sahabat Nabi maka dapat dipastikan bahwa dia adalah zindiq (munafik). ketahuilah  bahwa Alquran dan Sunnah Nabi adalah petunjuk bagi kita semua, dan para sahabatlah yang menyampaikan Alquran dan Assunnah. Para pencela tersebut hanyalah ingin menjatuhkan nama baik para sahabat agar mereka dapat menolak Alquran dan Assunnah, padahal mereka lebih pantas untuk dicela, karena  mereka adalah orang-orang zindiq”.

Salah seorang murid Abu Zur’ah menceritakan: “kami datang  menjenguk Abu Zur’ah menjelang beliau wafat. Di sisinya ada Abu Hatim, dan beberapa sahabat beliau yang lain. Merekapun mengingatkan Abu Hatim untuk mentalqin Abu Zur’ah. Namun mereka malu untuk mentalqin beliau. Akhirnya para sahabat Abu Zur’ah mensiasati hal tersebut dengan cara menanyakan kepadanya tentang sebuah hadits. Maka Abu Zur’ah menyebutkan hadits tersebut lengkap dengan sanadnya hingga Muadz bin Jabal, yang meriwayatkan bahwa Rosulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “barang siapa yang pada akhir hayatnya mengucapkan La Ilaha illallah maka dia masuk Surga”. Dan wafatlah Abu Zur’ah setelah mengucapkan kalimat Laa Ilaha illallah yang ada pada hadits ini.

Abu Zur’ah wafat pada hari Senin bulan Dzulhijjjah tahun 264 Hijriah di kota asalnya, yaitu kota Arroyyi. Semoga Allah senantiasa merahmati Abu Zur’ah dan memasukkanya ke dalam surga firdaus.

Maraji’: Tahdziebul Kamaal oleh Abul Hajjaj Al Mizzy, dan Siyar A’laamin Nubala’ oleh Adz Dzahabi.

Ditulis oleh: Rizky bin Ahmad Baswedan dan diedit oleh: Sufyan bin Fuad Baswedan.

[1] Perlu diketahui, bahwa ketika seorang ahli hadits di masa salaf mengatakan bahwa dirinya menghafal sekian ribu atau sekian ratus ribu hadits, maka yang dimaksud bukan hanya matan (redaksi) hadits, namun juga meliputi jalur-jalur periwayatannya yang banyak. Jadi, bila sebuah hadits diriwayatkan dari 100 jalur yang berbeda, maka mereka menganggapnya sebagai 100 hadits, walaupun matannya kurang lebih sama dan diriwayatkan oleh sahabat yang sama. Adapun matan hadits Rasulullah yang sampai kepada kita (tanpa pengulangan sanad), maka jumlahnya tidak sampai 50 ribu butir menurut As Suyuti. –ed.