Imam An-Nawawi rahimahullah berkata :
“Hendaknya seorang penuntut ilmu memiliki semangat dalam belajar dan mengoptimalkan waktunya, baik siang maupun malam, saat muqim maupun safar. Waktunya tidak boleh berlalu tanpa ilmu, kecuali untuk keperluan yang mendesak, seperti makan dan tidur yang sekedarnya atau yang semisal dengan itu. Istirahat sebentar untuk menghilangkan kebosanan dan kebutuhan-kebutuhan yang mendesak lainnya.“
Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata :
“Aku tidak pernah kenyang membaca buku. Jika menemukan buku yang belum pernah aku lihat, maka seolah-olah aku mendapatkan harta karun. Aku pernah membaca 200rb jilid buku lebih. Sampai sekarang aku masih terus mencari ilmu.” (Shoidul Khothir hal 387)
Atho’ bin Abi Robah rahimahullah berkata :
“Aku senang sekiranya aku mendalami bahasa arab”. Sedangkan usianya ketika itu 90 tahun.” (Ghoriibul Hadiits oleh Al-Khaththabi I/61).
Imam Ahmad rahimahullah berkata :
“Kalau seandainya bukan karena ilmu niscaya manusia seperti binatang ternak. Manusia itu lebih membutuhkan ilmu dari pada kebutuhannya kepada makanan dan minuman, karena kebutuhannya kepada makanan dan minuman setiap hari itu hanya 2 kali atau 3 kali saja, sedangkan ilmu dibutuhkan setiap saat.” (I’lam Al-Muwaqqi’in II/237-238 oleh Ibnu Qayyim)
Yahya bin Abi Katsir rahimahullah berkata :
“Ilmu itu tidak akan diraih dengan bersantai-santai.” (Al-Muzhir fi Ulumil Lughoh II/303 oleh as-Suyuthi).
Abul Wafa bin Abu Aqil rahimahullah berkata :
“Sesungguhnya aku tidak pernah membiarkan diriku membuang-buang waktu meski hanya 1 jam dalam hidupku. Sampai-sampai apabila lidahku berhenti berdzikir atau berdiskusi dan pandangan mataku juga berhenti membaca, segera pikiranku aktif kala aku beristirahat dengan berbaring. Ketika terbangun, pasti sudah terlintas pd pikiranku ttg apa yang mesti aku tulis. Dan ternyata aku mendapati hasratku untuk belajar pada umur 80-an. Waktu belajar saat itu lebih semangat dari pd ketika aku berusia 20-an.” (Al-Muntazhim 9:214 oleh Ibnul Jauzi).
Imam Syafi’i rahimahullah pernah ditanya :
“BAGAIMANA SEMANGATMU DALAM MENUNTUT ILMU ?” Beliau menjawab : “Aku mendengar kalimat yang sebelumnya tidak pernah kudengar, maka anggota tubuhku yang lain ingin memiliki pandangan untuk bisa menikmati ilmu tersebut sebagaimana yang dirasakan telinga”. Lalu ia ditanya lagi : “BAGAIMANA KERAKUSANMU TERHADAP ILMU ?” Beliau menjawab : “Seperti rakusnya orang penimbun harta, yang mencari kepuasan dengan hartanya”. Beliau ditanya lagi : “BAGAIMANA ENGKAU MENCARINYA ?”. Beliau menjawab : “Sebagaimana seorang ibu mencari anaknya yang hilang, yang ia tidak memiliki anak lain selain dia.” (Tawaalit Ta’sis min Manaqib Muhammad bin Idris hal 106 oleh Ibnu Hajar al-Asqolani).
Hasyid bin Ismail rahimahullah berkata :
“Al-Bukhari bersama kami secara rutin mendatangi para syaikh di kota Al-Bashrah, padahal ketika itu beliau masih muda belia. Beliau tidak menulis hingga berhari-hari. Setelah berlalu 16 hari, kami mengecam kebiasaan beliau itu. Beliau berkata : “Kalian keterlaluan mengecamku. Coba buka apa yang kalian tulis”. Kami pun mengeluarkan catatan kami dan ternyata berisi lebih dari 15rb hadits. Beliau membacanya dengan hafalan beliau. Bahkan akhirnya justru kami yang memperbaiki tulisan kami melalui hafalan beliau.” (Hadyus Saari hal 502).
Imam an-Nawawi rahimahullah tidur dengan bersandarkan sebuah buku yang ditegakkan pd dagunya, begitu buku itu terjatuh maka beliau terjaga dan kembali menggoreskan tintanya.
Abdullah bin Dawud rahimahullah berkata :
“Kaum salaf, apabila diantara mereka ada yang sudah berumur 40 tahun, ia mulai melipat kasur, yakni tidak akan tidur lagi sepanjang malam, selalu melakukan sholat, bertasbih dan beristighfar. Lalu mengejar segala ketinggalan pada umur sebelumnya dengan amal-amal di hari sesudahnya.” (Ihya Ulumiddin IV/410).
Masya Allah…
Inilah para ulama yang setiap waktunya banyak digunakan untuk belajar dan belajar tapi tetap merasa takut kepada Allah dan tetap merasa belum pasti masuk surga… Lalu bagaimana dengan para penuntut ilmu yang hadir dan belajar di majelis ilmu hanya seminggu sekali atau dua minggu sekali dst tetapi tidak merasa takut kepada Allah dan merasa yakin akan masuk surga…??
Inilah musibah yang banyak menipu manusia…
Wallahul Muwaffiq
Ustadz Abu Muhammad Bakkar