Kata جناب pada judul bahasan kali ini adalah sebagaimana pelataran atau serambi rumah yang berada di salah satu sisi rumah, maka janab maknanya adalah janib atau sisi. Sehingga جناب التوحيد yang dijaga oleh Nabi ﷺ yang dimaksudkan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah sisi-sisi tauhid supaya tidak ada lagi celah yang mengantarkan kepada kesyirikan yang merupakan dosa paling besar.

Metode ini adalah salah satu kaidah yang merupakan kesepakatan para ulama yang mereka ungkapkan dengan سد الذرائع , yang artinya adalah menutup segala celah dan sarana menuju keharaman. Ini adalah kaidah yang agung, dalil-dalil yang mengesahkan kaidah ini sangat banyak, salah satunya adalah firman Allah ﷻ
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS Al An’am : 108)

Pada ayat ini Allah ﷻ melarang memaki sesembahan-sesembahan orang-orang kafir walaupun ini adalah perbuatan para Nabi-Nabi terdahulu, Nabi Ibrahim mengatakan kepada bapaknya sebagaimana dikisahkan dalam alquran

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun? (QS Maryam : 42)

Mencela sesembahan selain Allah ﷻ dilarang karena menimbulkan mudhaarat yang jauh lebih besar yaitu celaan terhadap Allah ﷻ dari mereka yang sesembahan mereka dicela sebelumnya. Maka, segala perkara yang menghantarkan pada keharaman dilarang secara umum oleh syariat Allah ﷻ.

Keharaman yang paling harus dihindari adalah kesyirikan, sehingga seluruh sarana yang mengantarkan kepadanya dilarang oleh Allah ﷻ. Diantaranya adalah pengagungan terhadap penghuni kubur, sehingga dilarang meninggikan kuburan, menulis di atas kuburan, menyemen kuburan, memasang penerangan di kuburan, shalat di kuburan, shalat menghadap kubur, berdoa di kuburan dengan keyakinan lebih afdhal dan lebih dikabulkan, ini semua dilarang karena bentuk-bentuk sarana yang menghantarkan kepada pengagungan berlebihan terhadap kuburan dan penghuninya.

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (QS AlFath : 18).

Di zaman Umar, beliau mengetahui adanya pohon syajaraturridwan yang dahulunya Nabi ﷺ berbaiat dengan para shahabat di bawah pohon tersebut, banyak kemudian kaum muslimin mulai shalat di bawah pohon tersebut. Mereka tidak sedang meneyembah selain Allah ﷻ karena ini masih era para shahabat, masih banyak para ulama dan orang-orang shalih yang menjaga agama Allah ﷻ ini, namun mereka meyakini bahwa tempat itu adalah tempat yang mulia, tempat yang afdhal, maka Umar menyuruh untuk menebang pohon tersebut.

Juga pada zaman Umar, dikuburkan jasad Nabi Daniyal di salah satu dari 13 lubang kubur yang digali, agar kesyirikan kaumnya dengan jasad tersebut berhenti.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab membawakan beberapa dalil dalam pembahasan bab ini. Dalil pertama

لقد جاءكم رسول من أنفسكم عزيز عليه ما عنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف رحيم
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sediri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) untukmu, amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang mu’min.” (QS. At Taubah, 128).

Rasulullah ﷺ adalah anugerah dari Allah ﷻ kepada manusia secara umum dan kaum muslimin seara khusus, orang yang amanah, sangat jujur, orang yang sangat mencintai umatnya, sangat sayang kepada mereka, sehingga segala perkara yang mengantarkan mereka kepada kebaikan pasti telah diajarkan oleh Nabi ﷺ, Nabi ﷺ bersabda dalam sebuah hadits yang artinya, “ tiada satupun yang tersisa perkara-perkara yang mengantarkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka kecuali semuanya sudah diterangkan kepada kalian”.

Jika kita telah banyak mendapatkan hadits-hadits dari Rasulullah ﷺ tentang adab-adab keseharian mulai dari yang sangat sepele hingga yang besar perkaranya, semua itu telah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan itu semua adalah adab-adab dalam hidup di dunia, bahkan telah sampai kepada kita bahwa Salman Alfarisi dengan bangga mengatakan iya terhadap orang Yahudi yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah mengajarkan ummatnya adab buang hajat, maka kita katakan disini bahwa tidak mungkin Rasulullah ﷺ melupakan perkara yang jauh lebih besar, yaitu tauhid dan syirik. Pasti semua pintu dan jenis yang merupakan kesyirikan telah disampaikan langsung dan detail atau diisyaratkan dengan kaidah yang lebih besar oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Salah satu hal menakjubkan yang kita dapatkan dalam syariat yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ adalah larangan tasyabbuh terhadap kaum kuffar. Ini adalah bukti perhatian Nabi ﷺ yang sangat dalam kepada ummatnya sehingga salah satu pintu kesyirikan yang besar yaitu tasyabbuh dilarang. Tasyabbuh dalam hal ibadah, bahkan dalam tradisi mereka, itu semua dilarang oleh Nabi ﷺ demi suatu tujuan yang jauh lebih besar dari perbuatan itu sendiri, yaitu terpisahnya tauhid dari kesyirikan. Nabi ﷺ pernah bersabda, “panjangkan jenggot kalian, selisihi orang-orang majusi”, “semirlah rambut kalian” karena orang-orang yahudi tidak menyemir rambut mereka. Nabi ﷺ melarang kita shalat setelah ashar dan subuh, karena para penyembah matahari melakukan ritual mereka, dalam perkara ini Nabi ﷺ melarang tasyabbuh waktu dengan ibadah yang mereka lakukan.

Disamping itu, kita juga harus ingat bahwa setan adalah makhluq Allah ﷺ yang sabar dengan apa yang menjadi tujuannya, dan tujuannya yang paling besar adalah terjadinya kesyirikan pada hamba-hamba Allah ﷻ. Sebagaimana kita telah mendengarkan sabarnya mereka menggiring kaum Nabi Nuh, ratusan tahun, hingga mereka menyembah selain Allah ﷻ. Maka kita selaku muslim yang meneladani Rasulullah ﷺ harus memperhatikan setiap amal yang kita lakukan agar terhindar dari kesyirikan sekecil apapun, dan jalan menuju itu adalah mengetahui setiap celah kesyirikan yang Nabi ﷺ telah sampaikan. Allah al musta’an.

Dalil kedua

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah bersabda :
“لا تجعلوا بيوتكم قبورا، ولا تجعلوا قبري عيدا، وصلوا علي فإن صلاتكم تبلغني حيث كنتم” رواه أبو داود بإسناد حسن ورواته ثقات
“Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, dan janganlah kalian jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, ucapkanlah sholawat untukku, karena sesungguhnya ucapan sholawat kalian akan sampai kepadaku dimana saja kalian berada” (HR. Abu Daud dengan sanad yang baik, dan para perowinya tsiqoh).

Dalam hadits yang lain, Ali bin Al Husain Radhiallahu’anhu menuturkan, bahwa ia melihat seseorang masuk kedalam celah-celah yang ada pada kuburan Rasulullah, kemudian berdo’a, maka ia pun melarangnya seraya berkata kepadanya : “Maukah kamu aku beritahu sebuah hadits yang aku dengar dari bapakku dari kakekku dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda:

“لا تتخذوا قبري عيدا، ولا بيوتكم قبورا، وصلوا علي فإن تسليمكم يبلغني حيث كنتم”

“Janganlah kalian jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, dan janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, dan ucapkanlah doa salam untukku, karena doa salam kalian akan sampai kepadaku dari mana saja kalian berada” (diriwayatkan dalam kitab Al Mukhtarah).